Senin, 04 Oktober 2010

TULISAN IMAGODEI DI STAKPN SENTANI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER
Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
di STAKPN BURERE SENTANI

Oleh Daniel Wenda, S.PAK.,M.Pd

Dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 1989 pendidikan dipilah atas pendidikan jalur sekolah dan luar sekolah. Dalam materi ini pembelajaran dimaksudkan adalah pembelajaran melalui jalur sekolah, yaitu pembelajaran yang diselenggarakan secara terstruktur mengikuti alur pradigma sistem pendidikan nasional. Atas dasar ini proses pembelajaran dipengaruhi olah tiga komponen utama yaitu: siswa, guru, dan sumber belajar. Integrasi ketiga komponen utama dalam proses ini merupakan sentrum kegiatan pembelajaran. Dewasa ini pengmbangan teknologi pembelajaran menjadi rujukan untuk sumber belajar. Perkembangan dan atau perubahan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi pembelajaran, khususnya pembelajaran berbasis komputer dan penggunaannya dalam media sumber belajar.
Hal ini dapat kita lihat bahwa dalam waktu tidak terlalu lama perkembangan personil komputer (PC) dan perangkat lunak yang digunakan sudah menjadi sangat tertinggal (primitif). Pada tahun 1980 personil komputer yang dipakai untuk kegiatan harian berdiri sendiri (stand alone) tidak terpasang kejaringan, mesin-mesin deks top rata-rata menggunakan memori 16.000 byte. Sekarang pada kebanyakan personil komputer sudah masuk kedalam suatu sistem jaringan internet atau secara global internet, dan sebagian besar komputer-komputer memorinya dipersiapkan samapai 128 mega byte (BM) dan dapat diperbesar sehingga 512 MB, sehingga memungkinkan setiap PC dapat digunakan untuk memproses infornasi-informasi yang bersifat multi media. Begi juga dengan bahasa-bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengembangkan suatu perangkat lunak tidak lagi dibatasi olah bahasa-bahasa seperti BASIC yang ketat dengan batas-batas sekuensial rutin seperti “If Then” dan “Go To” pemakaian fasilitas ini dalam dunia pendidikan sangat memberikan pengaruh dalam berbagai aktivitas sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri perangkat lunak yang digunakan dalam dunia pendidikan sudah cukup maju, seperti penyediaan buku teks dalam format-format elektronik. Persoalan yang sering muncul justru media pembelajaran yang dimuat dalam media ini dibuat oleh orang yang bukan profesinya, sehingga diperoleh hasil-hasil yang tidak diharapkan. Dalam hal ini peran guru tinggal menentukan waktu dan mengisyaratkan pada siswa kapan dimulai kegiatan latihan dan mengulang atau mengadakan tutorial melalui elektronik, dan peranan siswa biasanya hanya memilih jawaban-jawaban yang benar di dalam program. Pada dasarnya penggunaan komputer dalam dunia pendidikan dimaksudkan untuk mengefektifkan proses pembelajaran. Penggunaan komputer untuk proses pembelajaran dapat diklasifikasikan atas “komputer sebagai alat bantu pemebelajaran” dan komputer sebagai alat bantu penglolaan”. Pemakaian komputer ini tidak dapat diserahkan dari konsep-konsep para siswa. Secara konseptual landasan teknologi pembelajaran selama ini digunakan adalah pendekatan belajar behavioral dan kognitif.

Pendekatan belajar behavioral
Dalam dunia pendidikan, penggunaan teknoligi khusus tidak dibatasi oleh periode waktu. Hasil penelitian ini di negara-negara maju memperlihatkan bahwa pada tahun 1980 penggunaan perangkat lunak komputer dalam kegiatan pembelajaran berakar pada konsep behavioral, yang bertekanan pada bentuk-bentuk pengulangan (drill) baik untuk menguasaan materi teori maupun praktek. Sesungguhnya pengembangan media pembelajaran secara mendasar telah mempersiapkan filosofi dan metode yang dapat dipakai guru-guru dalam pembelajaran berbasis komputer masih didominasi oleh prinsip-prinsip belajar behavioral. Begitu juga perangkat lunak komputer cenderung dikembangkan dibawah payung prinsip-prinsip ini.
Perangkat lunak pembelajaran yang dijalankan pada (PC) sejak awal tahun 1980 cenderung berbasis pada metode-metode skiners dengan cara memidahkan ke satuan-satuan yang lebih kecil, memberikan ganjaran pada respon kolektif, dan mengajarkan fakta-fakta diskrit. Awalnya program-program ini diarahkan untuk memperlihatkan kealamiahan, akan tetapi pada prakteknya banyak hal yang terlepas dari konteks kealamiahan tadi. Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa siswa tidak memperoleh manfaat dari teknologi bila tujuan belajar hanya berada di bawah konsep perilaku. Idealnya “program pembelajaran” bersifat terbuka terhadap kemungkinan baru untuk pengajaran individual, untuk mengajar secara diagnostik, dan menyediakan situasi sekolah yang nyata pada keilmiahan kajian tentang belajar. Perangkat lunak yang berorientasi pada pola-pola, pengulangan dan praktis tidak dapat digunakan, sebab pelaksanaan belajar dilakukan secara otomatis dan membuat siswa pasif. Siswa terpaku pada rencana belajaran yang sudah dipersipkan.
Banyak kritikan tentang penggunaan media pembelajaran berbasis komputer yang berorientasi pada pola-pola pengulangan. Orientasi ini hanya memperlambat pemahaman dan penguasaan pengetahuan oleh siswa kegiatan belajar pasif. Pengembangan pola belajar seperti ini memperlihatkan ciri-ciri bahwa kegiatan belajar disusun di atas prinsip-prinsip behavioral. Berryman 1993, mendefinisikan belajar pasif sebagai “pelajar tidak melakukan interaksi dengan permasalahan dan isi dan tidak mengalami balikan sebagai kunci belajar. Belajar butuh perubahan dalam memilih, menimbang, mengendalikan proses, dan merumuskan masalah, mereka butuh perubahan dari berbuat kesalahan” kegiatan belajar. Atas dasar keyakinan ini fokus kajian tentang penggunaan sumber belajar (teknologi khususnya penggunaan media pembelajaran berbasis komputer dalam kegiatan belajar) bergeser pada kualitas belajar. Keyakinan dan penentuan fokus ini dikembangkan sejak awal sampai pada pertengahan tahun-tahun 1990 an. Peran komputer pun begeser dari media yang digunakan untuk menyajikan materi atau bahan ajar menjadi media yang mampu memainkan peran sebagai sumber belajar siswa.
Pada fase II komputer menjadi alat bantu guru untuk medinamisasikan aktivitas belajar , tidak lagi terkungkung dalam suatu ruang kelas, memainkan dapat bergerak dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Dengan pengembangan konsep, ini guru-guru mempunyai keyakinan bahwa hasil-hasil belajar akan memberikan manfaat yang luas dan dapat dikembangkan dalam proses kemandirian siswa.
Penggunaan pembelajaran berbasis komputer pada fase ke dua dapat dicirikan sebagai penyediaan informasi dalam format-format iteraktif hypertext, dan hypermedia. Pengelolaan teknologi media pembelajaran digunakan untuk memfasilitasi penyajian informasi dalam bentuk-bentuk publikasi profesional. Data base baru seperti Acces, file maker pro, paradox, dan DB2 telah disediakan agar dapat diikuti oleh orang-orang, sehingga dapat dilihat kemungkinan organisasi isi yang tersedia melalui penggunaan teknologi pembelajaran berbasis komputer.
Teknologi yang sudah tidak terpakai digantikan oleh teknologi-teknologi baru seperti CD ROM dan teknologi digital lainnya yang membawa kesempurnaan informasi kedalam ruang kelas dan mempersilakan siswa untuk mengaksesnya. Dengan demikian siswa dapat menggunakan berbagai sumber informasi untuk meluruskan jawaban-jawaban pada pertanyaan yang komplex. Keuntungan yang mengguakan berbagai media komunikasi dan komputer memberikan peluang pada siswa untuk mengembangkan pada peristiwa yang terjadi baik mudah maupun yang sulit dipahami, dengan cara-cara yang lebih mudah dan cepat. Kondisi ini didukung oleh semakin canggihnya teknologi pembelajaran dalam pembuatan grafik dan gambar, sehingga menambah dimensi baru untuk cara-cara menyampaikan informasi yang responsif dan memberikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran. Perkembangan media pembelajaran berikutnya ditambah lagi dengan media internet, hal ini akan menambah lengkapnya teknologi informasi yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran disekolah.
Statham Clan Torell (1996) menemukan terjadinya peningkatan iteraksi guru dan siswa belajar bersama, penyelesaian masalah dan penemuan, sebagai hasil belajar dalam pembelajaran berbasis komputer. Perangkat teknologi pembelajaran berbasis komputer digunakan untuk memperkuat memperluas dan mempertinggi kognisi manusia. Media pembelajaran berbasis Komputer dapat membantu manusia untuk mengakses bahan-bahan, dan sumber-sumber infomasi, membantu siswa untuk menyimpan mengulang kembali, dan menganalisis informasi. Siswa-siswa mampu menguji hipotesis dengan hasil bahwa pengetahuan yang diperlukan dapat digunakan lebih efektif. Komputer digunakan untuk membuka pola dan ketrampilan berpikir siswa, dan harus dikurangi untuk penggunaan dalam pola-pola pengulangan dan praktis. Sulitnya hal ini memerlukan pengembangan jenis profesional baru serta mengubah tujuan kurikulum dan pengajaran. Guru perlu memperkaya gaya mengajar dan belajar, menambah ketrampilan mengajar dengan menggunakan teknologi pembelajaran berbasis komputer untuk mendukung profesi mereka.
Media pembelajaran berbasis komputer dewasa ini menyediakan ruang yang cukup luas untuk belajar mengumpulkan informsi dari berbagai disiplin ilmu. Para siswa juga berpeluang untuk segera menemukan dan memahami secara konseptual hubungan antara isi yang disediakan dalam satu segmen serta mempelajarinya dalam konteks lain.

Pendekatan kognitif
Perkembangan berikutnya para peneliti melihat keuntungan tentang penggunaan media pembelajaran berbasis komputer dalam proses belajar mengajar. Dari sisi kognitif dapat dilihat bahwa belajar dengan teknologi berarti membangun ketrampilan menyelesaikan masalah dan untuk mencapai otonomi siswa.
Ilmu-ilmu kognitif mengganti pemikiran dan penelitian psikologi dari yang berfokus pada prosedur untuk manipulasi bahan pengajaran keprosedur untuk memfasilitasi proses dan iteraksi siswa (saettler, 1990). Hal-hal ini membedakan dengan keyakinan dalam prinsip-prinsip behavioral, teknologi pembelajaran dalam keyakinan prinsip-prinsip aliran kognitif adalah deskriptif, bukan preskriptif (memberikan petunjuk atau penentuan-penentuan) sains. Media pembelajaran dalam pendekatan kognitif lebih memberikan tekanan pada “bagaimana untuk mengetahui” dari pada “bagaimana kita merespon” dan menganalisis bagaimana kita merecanakan dan mengatur strategi berfikir kita, mengingat, memahami dan mengkomunikasinya. Dalam pendekatan ini siswa mengembangkan ketrampilan dalam berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengikuti pelajaran, dengan arah yang jelas pada penambahan ketrampilan-ketrampilan berfiir tingkat tinggi (higher-order thinking skills).
Ditilik dari landasan konseptual di atas dan hasil-hasil penelitian diberbagaia negara maju, perkembangan penggunaan teknologi komputer dalam pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tiga fase.

Fase I
Pertanyaan utama dalam fase pertama ini adalah apakah penggunaan teknologi pembelajaran yang berbasis komputer memberikan dampak positif pada siswa? Kenyataannya sebagian besar studi yang dilakukan selama fase I memperlihatkan bahwa penggunaan perangkat lunak komputer dalam upaya memperbaiki prestasi belajar hanya terbatas pada aspek penguasaan materi dan ketrampilan mototrik. Sejumlah studi tentang penggunaan media pembelajaran di dalam kelas menindetifikasi bahwa siswa mengalami kegagalan dalam memperbaiki prestasi belajar , sebagai efek sistem belajar terintegrasi pada prestasi belajar siswa (Becker, 1999).
Fase ini penggunaan teknologi berbasis komputer dalam aktivitas instruksional ketat di bawah prinsip-prinsip behaviorisme. Hasil dari penggunaan komputer dalam kagiatan pembelajaran memberikan penguatan dalam prestasi balajar siswa jika diukur melalui tes-tes prestasi yang tes standar. Dalam berbagai eksperimen, terlihat kesesuaian antara hasil yang diharapkan oleh perlakuan dengan hasil pengukuran. Ketetapan pemakaian komputer dalam membantu belajar bervariasi, sangatlah tergantung pada materi atau bahan ajar dan ketrampilan mengajar guru. Secara umum, penggunaan perangkat lunak komputer jauh lebih baik untuk menyanjikan materi-materi atau bahan ajar yang mempunyai struktur baku. Pada fase I ini manfaat penggunaan komputer sangat dirasakan penguatannya untuk kemampuan-kemampuan dasar dan menengah. Pada fase ini, sedikit sekali efek inovasi yang dihasilkan dari proses tutorial komputer. Perangkat lunak diklasifikasikan sebagai media untuk memudahkan dalam kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat pengulangan (drill).

Fase II.
Suatu keyakinan bahwa siswa akan merasakan manfaat penggunaan sumber-sumber belajar jika pengalaman belajar siswa terpusat pada digunakan untuk menjawab persoalan penyelidikan atau untuk mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Para siswa juga lebih mudah berkomunikasi, beriteraksi baik antar sesama siswa maupun dengan orang lain atau dengan berbagai informasi. Media berbasis komputer juga mendukung untuk mengefektifkan cara-cara pengumpulan, penyimpanan dan pengorganisasian informasi serta dapat mengurangi kebosanan dalam mengerjakan tugs-tugas ini.
Pemanfaatan teknologi dalam fase II ini diidentifikasikan mencakup kemudahan-kemudahan dalam mengakses informasi teknologi berbasis komputer memunculkan sejumlah informasi yang sangat hebat yang dapat membantu siswa menyelidiki dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kompleks. Mengakses informasi merupakan sumber pengetahuan yang sangat besar dan diperlukan siswa untuk mengembangkan ketrampilan berfikir dalam waktu singkat, menilai, dan menggabungkan informasi.

Menjelajah dan menyelidiki secara bebas. Teknologi komputer mendukung perluasan, membatu siswa mencapai tujuan yang sudah dirumuskan, membangun dan menguji hipotesis, membuat temuan-temuan mereka sendiri (Collins 1990). Dengan bimbingan guru yang tepat perluasan ketrampilan berfikir tingkat tinggi dan membantu siswa menguasai isi dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka, sehingga mereka akan menjawab sendiri dalam kehidupan atau kegiatan di dalam kelas.
Komunikasi interaksi guru siswa, suatu karakteristik dari media pembelajaran adalah interaktif. Proses ini terjadi melalui komunikasi pelajar dengan pelajar lain, presentase formal, aktivitas bersama menyelesaikan masalah secara berkolaboratif dan perubahan hubungan antar personal. Siswa dan guru paling berbicara atau dengan lainnya, dan guru interaksi dengan para pakar. Siswa sudah mengakses dan mencetak dari sumber-sumber informasi eletronik, mereka berinteraksi dengan para pakar dan berintaraksi denagn masyarakat. Dalam hal ini semua aktivtas mendukung transpormasi pendekatan belajar dari pada mempertahankan status ego.
Menyamakan pengetahuan dan belajar bersama. Penggunaan media pembelajaran berbasis komputer untuk mendukung kalaboratif dan mengintegrasikan pengetahuan termasuk sarana untuk kerja dan berpikir kelompok menyelesaikan masalah dan orientasi tugas-tugas. Menyamakan data juga memberikan peluang untuk memperoleh ketetapan data. Tujuannya untuk membantu siswa mengembangkan media berbasis pengetahuan dengan fokus utama “bagaimana siswa belajar”. Data-data yang sama dari sumber pertama dan pakar dapat segera di peroleh dan menguntungkan siswa dalam berfilir dan bekerja seperti cara-cara pakar melakukannya.
Efisiensi dan Organisasi, kecepatan siswa dapat mengakses informasi merupakan bagian yang dapat medorong kebiasaan-kebiasaan bekerja secara efisien dan terorganiser. Siswa dapat menggunankan internet dalanm kelas dan mengambil informasi dari pada membuat catatan-catatan dari perpustakaan. Mencari strategi yang dapat membantu siswa memperjelas dan mempunyai wilayah yang potensial, siswa dapat menilai informasi yang valid, tepat, dan perspektif. Siswa juga dapat mengorganisasi dan menganalisis data dengan menggunakan perangkat lunak pemetaan spreadsheets dan mengorganisasikan pemikiran dengan menggunakan pengolah kata Perangkat lunak proyek manajemen membantu siswa mengidentifikasi dan melengkapi tugas-tugas untuk proyek, sehingga mengakibatkan efisiensi pengajaran.
Produktivitas Guru, media dapat membantu membebaskan sebagaian waktu guru untuk lebih berinteraksi degan siswa. Guru dengan mudah dapat mengontrol siswa apakah mereka mampu bekerja dengan teknologi dan apakah mereka mampu bertanggung jawab terhadap pelajaran mereka sendiri. Saat mengobsevasi kerja siswa dengan aplikasi komputer, guru-guru dapat melihat pilihan yang dibuat pelajar pada monitor atau pada hasil cetakan, pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan tujuan belajar siswa dan membuat kebijakan, dan meyakinkan untuk memperbaiki bila dibutuhkan. Media pembelajaran berbasis komputer juga dapat direncakan untuk menyediakan jendela tentang cara-cara siswa memahami materi palajaran miskonsepsi mereka, perkiraan-perkiraan dan kemampuan dalam membangun hubungan antara ide-ide. Guru dapat menggunakan informasi untuk menyusun materi pembelajaran.
Menyusun modifikasi, mengorganisir, menganlisis dan mengkaji informasi. Teknologi pembelajaran berbasis Komputer sangat efektif untuk menyusun modifikasi, memeriksa, dan mengkaji informasi. Memerlukan teknologi komputer untuk membantu siswa dalam menganalisis struktur yang melandasi ide-idenya. Media pembelajaran ini membantu untuk manipulasi data-data yang otentik dan memikirkan tentang rumusan penjelasannya, mempercepat pemuculan pengetahuan yang baru, dan memperdalam pemahaman. Kekuatan komputerisasi dalam hal ini adalah membuat sangat mungkin untuk menciptakan dan memanipulasi data-data otentik. Ditambah lagi dengan penggunaan kemungkinan ilmiah serta perangkat lunak grafik dan data base yang sangat besar, membantu siswa dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang komples.
Computer Mediated Comunications (KMC), suatu saat disebut dengan komunikasi oline atau komputer suppor comunication. Comper Mediated Comunication (CMC) adalah hal generik yang medeskripsikan berbagai sistem yang mampu komunikasi seseorang dengan orang lain melalui perangkat komputer dan jaringan. Penggunaan komputer dan jaringan komputer sebagai alat
komunikasi oleh siapapun orangnya untuk berkolaborasi satu dengan yang lainnya dalam upayan mencapai tujuan yang sama, tanpa memerlukan sarana fisik pada suatu lokasi dan partisipan, serta dapat menyediakan forum untuk berkomunikasi secara kontinyu dengan bebas tanpa terhalang oleh waktu dan ruang. Perangkat yang termasuk CMC antara lain internet, E-mail, Newsgroup, struktur multiuser, jaringan video komfrensi, perangkat lunak konfrensi, dan papan buletin elektronik. Konsepsi dasar CMC dalam proses pembelajaran di kelas adalah mengubah kondisi dari ruangan kelas ke dalam ruang cyber yang dapat ditampilkan kelayar manitor. Penggunaan teknologi pembelajaran berbasis komputer pada fase II untuk kegiatan pengajaran telah diidentifikasi memberikan dampak posiitif pada siswa. Kriteria pada fase II mengutamakan fasilitas belajar, sehingga teknologi dapat diperhatikan cukup berhasil sebab sumber-sumber teknilogi dapat memfasilitasi kegiatan belajar. Perangkat teknologi ini memungkinkan individu siswa untuk mencapai tujuan belajar yang dirumuskan pendidikan dan harapan siswa atau sendiri. Hal ini dimungkinkan karena informasi yang tersedia cepat, tepat waktu, khusus dan dapat disajikan dalam format multi media.
Beberapa penelitian dalam fase II mendiskusikan bhwa studi teknologi yang terfokus pada kemampuan mengakses informasinya secara kreatif mengorganisir, menangkan dan mengkomunikasikan informasi hal belajarnya tidak harus diukur dengan menggunakan tes-tes standart. Dalam tugas-tugas ini teknilogi komputer sudah secara khusus dirancang untuk memperbaiki dan selajutnya tugas-tugas ditempatkan pada alur logik untuk menuju kepada efek-efek komputer dan prestasi. Diskusi selanjutnya bahwa secara tradisional ketrampilan dasar tes tidak dirancang untuk memperlihatkan nilai tambahan teknologi pendidikan.

Mean dan Olson (1995) mengklasifikasikan teknologi pembelajaran ada 4 kegunaan yaitu:
1. Tutorial dalam hal ini teknologi digunakan untuk pengajaran dan sistem kontrol apakah materi yang disampaikan dalam lingkungan tertutup dan diikuti oleh siswa yang berbeda tindakannya. Hal ini memberikan isyarat penggunaan teknologi juga harus memperhatikan perbedaan individu, dengan demikian perencanaan pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa untuk mengefektifkan proses belajar mengajar.
2. Perluasan dalam hal ini siswa bebas untuk bergerak menelusuri informasi yang disajikan atau dipresentasikan melalui teknologi khususnya teknologi komputer. Konsep perluasan memberikan kemungkinan untuk melakukan penemuan dan atau pembimbing kearah penemuan dengan cara mempelajari fakta, konsep-konsep, atau prosedur-prosedur.
3. Peralatan seperti pengola kata, spreadsheets, program-program manajemen data base, perangkat lunak, grafik, sistem desktop puplising , browsers internet, dan rekaman video, digitizing, dan perangkat edit.
4. Komunikasi teknologi yang digunakan oleh siswa dan guru berfungsi untuk menunjukan dan atau menerima pesan serta informasi dari yang lain melalui sistem jaringan atau teknologi yang lain, siswa dan guru dapat memasuki sumber-sumber informasi atau pengetahuan dalam tentang yang cukup luas. Kondisisi ini yang memperlihatkan bahwa pembealajaran yang berbasis komputer dan pemakaian multimedia menunjukkan bahwa penggunaan teknologi pembelajaran dimaksudkan untuk mengefektifitaskan upaya-upaya peningkatan prestasi belajar sisws. Untuk mencapai harapan ini perlu diperhatikan kesesuaian antara tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, rancangan perangkat lunak, teknologi, dan pembuatan kebijakan. Tentu segala hal ini semua bermuaran pada upaya-upaya yang bermafaat teknologi komputer untuk meningkatkan prestai akademik siswa.
Hasil penelitian menujukan bahwa penggunaan komputer dalam kegiatan pembelajaran di sekolah belum memuaskan, sekolah-sekolah belum mengambil keuntungan dalam menggunakan teknologi khususnya untuk menyampaikan bahan ajar serta membantu siswa mengebangkan ketrampilan berfikir tingkai tinggi. Kebutuhan siswa untuk kerja bersam-sama dalam suatua rangkaian jaringan informasi perlu diperhatikan secara seksama, sehingga pencapaian tujuan pembelajaran.
Atas dasar ini perencanaan pengajaran dan melaksanakan kegiatan dapat memainkan peran dalam mengembangkan metode pengajaran yang lebih terbuka. Melalui teknologi yang digunakan kondisi-kondisi ini memberikan inspirasi tentang pentingnya pemakaian sistem jaringan teknologi dalam konteks peningkatan mutu/kualitas belajar. Seperti pemakaian CMC akan memberikan dorongan untuk meningkatnya interaksi memperlancar kerja sama antara guru dan siswa, dan berpartisipasi pada setiap waktu tanpa hambatan ruang dan fisik.

Fase III.
Memasuki fase III fokus pembicaraan tertumpu pada dua bagian yang saling berhubung yaitu; perubahan dan administrasi kelas (penentuan kebijakan teman sebaya dan tanggungjawab). Pemakaian teknologi dalam kegiatan pembelajaran memerlukan perencanaan yang baik dan sistematis.
Peruhaban konsep diruang kelas ke ruang cyber merupakan kesempatan baru untuk belajar dalam konteks lingkungan yang lebih luas. Penambahan kapasitas dan penambahan koneksitas membuat siswa dengan medium baru dan semakin kompleks sangat mungkin. Hal ini dapat terjadi dengan dukungan teknologi berbasis komputer dalam kegiatan pembelajaran yang tanpa batas waktu dan ruang.
Penggunaan teknologi pembelajaran (komputer) dalam fase III, mendorong penyelenggaraan jalur sekolah semakin efektif. Hal ini dimungkinkan dengan derasnya aliran data sehingga pembuatan kebijakan lebih memuaskan dan lebih alami. Idealnya guru dan murid senantiasa mengkases berbagai aliran data dan menggunakannya untuk mempertemukan harapan serta pertanggung jawabannya.

Aliran data untuk pembuat kebijakan pada fase III sangat berbeda dengan sistem manajemen yang ada pada perangkat lunak fase I dan atau sistem belajar terintegrasi. Aliran data untuk membuat kenbijakan sekarang lebih menekankan pada pembuatan-perubaahan sistematik dalam kurikulum, pengajaran, dan pemeriksaan untuk memperluas keperluan perubahan sehingga dapat mengoptimalkan peran siswa, guru, tugas-tugas belajar, dan harapan-harapan. Begitu juga aliran data untuk kegiatan praktik membantu memfasilitasi efektifan siswa pada pusat-pusat kegiatan.
Kelebihan fase III sebelumnya adalah guru memainkan peran penting dalam menggunaka teknologi, oleh karena itu mereka membutuhkan bantuan pagembagan jenis profesional baru. Guru senantiasa harus belajar dan mengantisipasi perkembangan teknologi yang digunakan yang dikembangkan dalam dunia pendidikan walaupun ada persoalan lain di luar daya jangkau mereka. Untuk hal ini peran lembaga amat penting untuk meningkatkan profesionalitas guru, terutama dalam menggunakan teknologi komputer dalam era pembelajaran berbasis komputer.
Sejumlah studi beberapa negara maju mengmukakan bahwa teknologi mengumandangkan suatu kesempatan agar pelajar-pelajar lebih bisa memilih dan mengontrol kegiatan belajar mereka dan mengubah serta mengembangkan kepercayaan diri ketingkat yang lebih tinggi. Di sisi lain guru-guru menggunakan data-data untuk mendiagnosa dan menguayakan pengingkatan prestasi belajar pelajar untuk mencapai ketingkat yang diharapkan.
Alternatif penggunaan komputer dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dalam waktu ketat memberikan dampak pada :
 Perubahan terhadap pola penyajian materi atau bahan ajar di sekolah.

 Perbaikan imajinasi siswa kearah yang lebih positif serta meningkatkan self confidance mereka sendiri. Beberapa hasil penelitian bahwa layanan teknologi sebagai pengantar untuk prubahan materi pembelajaran mendorong kemampuan siswa untuk mempelajari materi khusus.

Kondisi-kondisi ini memperlihatkan bahwa teknologi mempengaruhi materi atau bahan ajar melaui :
 Interaktif komputer untuk mengadaptasikan isi bahan ajar kebutuhan siswa secar individu.

 Pola MCM berbeda dari pola komunikasi verbal face to face secara tradisional dalam menyampaikan materi ataupun informasi. Dengan menggunakan teknologi CMC penyebaran informasi dan bahan ajar akan lebih luas lagi baik secara geogrfi maupun cakupan pengetahuan yang ditampilkan.

 Telekomunikasi dan internet menyediakan jalan masuk untuk memunculkan data base baik secara individual suatu disiplin atau antar disiplin, kemudian mampu juga menayangkan gejala nyata setiap waktu kelebihan ini tidak akan dijumpai di lingkungan sosial masyarakat dan melalui kurikulum yang dikembangkan secara tradisional. Hasi penelitian Statham dan Torell (1996) mengidentifikasikan kondisi-kondisi esensial untuk memaksimumkan prestasi belajar siswa pada fase III penggunaan teknologi komputer dalam kegiatan pembekajaran.

 Saluran informasi dan pengetahun lebih baik melalui teknologi dalam upaya memadukan kegiatan belajar siswa, komputer dibutuhkan dan disediakan untuk digunakan oleh individu siswa selama periode waktu yang telah ditentukan. Saat ini akses siswa ke komputer diperkirakan kurang dari satu jam perminggu 4 persen dari total waktu pengajaran). Disisi lain informasi dan pengetahuan bertaburan di mana-man, melaui media komunikasi dan inernet.

 Pembaharuan sistem elektrik dan komunikasi harus diperbaiki dalam upaya memaksimumkan manfaat teknologi kumputer, sehingga derasnya aliran dan data informasi yang bertebaran dalam konteks global dapat segera dicermati dan diantisipasi kemungkinan-kemungkinannya.

 Lingkungan belajar komputer harus dipandang sebagai lingkungan belajar yang mempunyai berbagai kemampuan dalam menopang dan mendorong belajar siswa, untuk belajar dan dapat digunakan sebagai suatu medium mengajaran yang penting.

 Pengembangan profesional guru-guru harus dipersiapkan untuk mampu mengimplementasikan kurikulum dalam konteks pembelajaran melalui pengintegrasian kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan teknologi komputer. Oleh karena itu, keakraban guru dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran, sehingga mampu mengefektifkan upaya peningkatan prestasi akademik siswa.

kesimpulan
penggunaan basis Komputer sebagai media pembelajaran dalam kegiatan yang menerapkan konsep efektivitas dalam kegiatan pengajaran dan pengelolaan. Pada fase I komputer memainkan peran sebagai media (alat bantu) yang dikenal dengan sebuatan Computer Asisterd Instruction (CAI). Computer Besed Instruction (CBI), Computer Enriced Instruction (CEI), dan Compter Managed Instruction (CMI), namun memasuki fase II komputer telah memainkan peran dalam bentuk Computer Mediated Comunication (CMC) permunculan CMC menggeser peran komputer dalam kegiatan pembelajaran dari alat bantu menjadi sumber belajar. Hal ini dimungkinkan karena CMC telah ditopang dengan berbagai multimedia untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan dalam upaya meningkatkan kegiatan pembelajaran secara efektif. Melaui media ini unsur2x dasr kegiatan pembelajaran memungkinkan untuk tercapai secara optimal. Unsur-unsur itu antara lain terjadi interaksinya antar individu baik guru siswa dengan orang lain (pakar) dan atau masyarakat sosial lainnya.
Peggeseran pemakaian sistem komputer ini bukan tanpa sadar, penggeseran ini merupakan perwujudan penggeseran konsep belajaran dari prinsip-prinsip yang cenderung behavioristik keprinsip-prinsip kognitivistik, dari pola preskripfif ke deskriptif, dari yang menekan pada proses pengulangan drill ke pola-pola pengembangan ketrampilan berfikir tingkat tinggi.
Di sisi lain perubahan belajar berbasis komputer ini juga memberikan dampak pada profesionalitas guru. Dalam hal ini guru sudah harus menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam profesi yang baru dalam upaya meningkatkan prestasi akademik dan mencapai tujuan belajar. Dengan pergeseran sistem pembelajaran yang berbasis komputer, dari alat bantu menjadi sumber balajar ini, merupakan pengetahuan terbuka luas. Belajar tidak lagi terkukung dalam ruang kelas semata, melainkan telah mampu menjelajah ke dunia lain baik dalam internet maupun secara global internet. Guru dan siswa hampir tanpa batas waktu dan ruang untuk interaksi, begitu juga antara siswa dengan para pakar. Semua terpampang di depan mata. Dalam hal ini kemampuan pengorganisir menganalisis danmenyeleksi informasi yang paling tepat sangat penting artinya. Dengan kata lain ruang ini telah kebanjiran data atau informasi untuk senantiasa dicermati oleh beberapa pihak termasuk sisw-siswa dan para pendidik. Dari luapan informasi itu mungkin saja sebagian besar informasi itu tidak perlu dan tidak dibutuhkan oleh siswa atau pendidik. Begitu juga dalam upaya mengambil kebijakan, tidak semua informasi memberikan dukungan terhadap kebijakan.

DAFTER PERPUSTAKAAN
1. BECKER H, (1999), TEACHING LEARNING AND COMPUTING 1998 A NATIONAL SUREVEY OF SCHOOL AND TEACHERS UNIVERSITY OF CALIFORNIA AT IRVINE.
2. BERRYMAN, SE (1993) LEARNING FOR THE WORKPIACE, REVIEU OR RECEARCH IN EDUCATION , 19,343-401.
STRATEGI MENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
DI SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI BURERE SENTANI
Oleh: Daniel Wenda, S.PAK.,M.Pd.

PENDAHULUAN
Peningkatan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani sudah sangat dirasakan perlu, termasuk untuk menggunakan prinsip-prinsip manajemen modern yang berorientasi pada mutu/kualitas. Bagi para pemilik dan pengelola Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani, sistem manajemen mutu pada hakekatnya berinti pada perbaikan terus menerus untuk memperkuat dan mengambangkan mutu tersebut. Krisis ekonomi dan pasar bebas telah menuntut kita untuk lebih cermat dalam menentukan wawasan kedepan yang didasarkan atas pertimbangan potensi, kendala, peluang dan ancaman yang menuntut kita lebih efektif dan efisien dalam bertindak.
Kita ketahui bahwa Era Globalisasi adalah era persaingan mutu atau kualitas. Maka Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri, di era globalisasi harus berbasis pada mutu, bagaimana Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani dalam kegiatan jasa pendidikan maupun pengembangan Sumber Daya manusia yang memiliki keunggulan-keunggulan. Para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani sesungguhnya mengharapkan hasil dari komunikasi dan motivasi ganda yaitu ilmu pengetahuan Alkitab, gelar, ketrampilan, pengalaman, keyakinan dan perilaku luhur serta dalam arti seimbang. Semuanya itu diperlukan sebagai persiapan memasuki dunia kerja dan atau persiapan membuka lapangan kerja dengan mengharapkan kehidupan yang baik dan kesejahteraan lahir. Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani sebagai wadah untuk menggodog kader-kader pemimpin Gereja dan Bangsa memerlukan suatu cara pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan instansi non pendidikan, karena dalam wadah ini berkumpul orang-orang yang berilmu dan bernalar yang memiliki berbagai disiplin ilmu. Tanggung jawab pendidikan tidak saja beban pemerintah namun oleh seluruh lapisan masyarakat. Masalah penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana manajemen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani diatur dalam suatu administrasi yang rapi, efisien dan transparan yang sedang berjalan dengan lancar serta sudah mendapat nilai yang positif dari pusat, merupakan satu keunggulan bagi semua aktifitas akademik Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani.
Peraturan-peraturan akademik dan administrasi mempunyai tata kerja membentuk suatu sistem yang harus ditaati dengan desiplin dan dedikasi semua pihak. Dengan sistim seperti ini maka ada jaminan penuh bahwa perahu akan melaju kearah yang sudah ditentukan kalaupun nakhodanya berganti ditengah perjalanan. Prasarana dan sarana akademik harus diciptakan sebagai landasan berpijak, disamping landasan mutu Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani, terutama sangat ditentukan oleh peran tenaga-tenaga pengajar dan tenaga administrasi yang berkualitas dan berbobot.
PROSES PENDIDIKAN DI SEKOLAH TINGGA KRISTEN PROTESTAN NEGERI BURERE SENTANI
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani merupakan wahana tenaga ahli yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu PAK, Teologi , Musik Gereja dan memberi sumbangan kepada pembangunan dalam bidang rohani di Papua. Sebagai usaha sistematis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka pemerintah pusat melalui Mendiknas telah menetapkan empat kebijakan pokok dalam bidang pendidikan yaitu pemerataan dan kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan dan efisiensi pendidikan. Khusus untuk perguruan tinggi akan lebih diutamakan membahas mengenai relevansi pendidikan dengan pembangunan yang dalam langkah pelaksanaannya dikenal dengan keterkaitan dan kesepadanan (link and match).
Hanya dengan pengetahuan yang mendalam tentang apa yang dibutuhkan pembangunan tersebut, pendidikan akan dapat lebih mencapai hasil sesuai dengan misi dan fungsinya. Upaya menciptakan keterkaitan dan kesepadanan tersebut mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi kegiatan-kegiatan pendidikan (proses belajar mengajar), penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam Dharma Pendidikan, perlu dievaluasi relevansi program dan jurusan yang ada dalam kebutuhan pembangunan, dalam arti apakah sumber daya manusia yang dihasilkan dapat diserap oleh kegiatan perekonomian dan pembangunan.
Pertama kita mengenal adanya Raw-Input dan Instrumental Input . Raw Input merupakan peserta didik sedangkan instrumental input terdiri dari : Gedung, Perpustakaan, Pedoman Akademik, Dosen, Kurikulum, Metode dan lain-lain. Kedua Raw Input dan Instrumental Input masuk dalam proses, yang ini akan memakan waktu delapan (8) semester. Ketiga, Output (hasil didik) yang sesuai dengan kriteria institusi dan siap untuk masuk kedalam persaingan sumber daya manusia. Dosen merupakan instrumen yang sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena dari dosenlah perpindahan ilmu dilakukan kepada peserta didik. Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan N Burere Sentani yang memiliki tenaga-tenaga dosen yang berkualitas rata-rata predikat S2 dengan lulusan berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia ini banyak diminati oleh masyarakat. Karena itu program untuk meningkatkan kualitas para dosen adalah merupakan kewajiban yang tidak ditawar-tawar lagi pada saat ini dan dimasa mendatang. Dalam hal ini tergantung pada yang bersangkutan untuk melanjutkan studi. Sedangkan pimpinan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani sudah mengkaderkan sebagian besar dan tinggal sedikit 2-5 dosen yang sedang persiapan berangkat kuliah pascasarjana.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum dibagi dalam kurikulum inti dan krikulum lokal. Kurikulum inti adalah bagian dari kurikulum pendidikan tinggi yang berlaku secara nasional untuk setiap program studi, yang memuat tujuan pendidikan, isi pengetahuan, dan kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik, dalam penyelesaian suatu program studi. Disisi lain kurikulum lokal adalah bagian dari kurikulum pendidikan tinggi yang berkenaan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan
Peningkatan Mutu Pendidikan
Agar Pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka Program Studi yang tersedia seyogyanya harus sesuai dengan minat masyarakat, selaras dengan tuntutan jaman, calon Mahasiswanya haruslah baik, tenaga pengajarnya berbobot, proses pendidikannya harus dapat berjalan dengan baik, serta sarana dan prasarananya harus memadai. Maka dari itu ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sehubungan dengan strategi peningkatan mutu pendidikan di STAKPN Burere Sentani antara lain :
1. Mahasiswa yang Di didik
Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, dari calon mahasiswa harus betul-betul dapat dijaring dengan seleksi yang ketat supaya calon mahasiswa yang diterima di Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani mempunyai standar kualitas yang baik karena bagaimanapun mahasiswa tidak lepas dari tanggung jawab terhadap perkembangan sebuah perguruan tinggi. Disamping itu tingkat kedisiplinan mahasiswa perlu ditingkatkan, karena melalui disiplin yang tinggi ini agar mahasiswa benar-benar dapat mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan ilmu pengetahuan yang diterimanya.
Untuk menambah mutu serta kemampuan mahasiswa semasih dia mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi maka perlu ditambah dengan kemampuan berorganisasi, sebab di dalam organisasi ini akan mampu mengembangkan pribadi bagi mahasiswa dan menambah pengalaman guna menunjang ilmu pengetahuan yang diterimanya.
2. Dosen STAKP Burere Sentani Sebagai Pendidik dan Pengajar
Dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan bagi penyampain ilmunya kepada ri egMahasiswa. Dengan tenaga dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani yang berkompeten dan berkualitas akan memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan Aklitab dan ilmu pengetahuan umum, sehingga apa yang disampaikan kepada mahasiswa dapat diterima dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan mahasiswa dengan kajian bidang ilmu yang dipilihnya. Disamping itu dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani juga harus mempunyai disiplin yang tinggi juga mempunyai rasa tanggung jawab terhadap ilmu yang diberikan kepada mahasiswa. Bagaimana mungkin dapat meningkatkan mutu pendidikan apabila dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani hanya memberikan kuliah 3-4 kali pertemuan dalam setiap semesternya. Jadi sebagai dosen harus mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya agar ia tidak hanya memberikan kuliah secara asal-asalan.
Tanpa ada upaya untuk meningkatkan kualitas dosen yang ada sekarang, perubahan-perubahan mendasar pada kurikulum dan metode belajar mengajar akan timpang dan bisa jadi kurang efektif peningkatan kualitas dosen perlu dimulai dari sistem perekrut, peningkatan kemampuan dosen, sistem penilaian terhadap kemampuan dan kinerja dosen, serta sistem peningkatan karirnya. Tentu saja upaya peningkatan kualitas dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani perlu disertai dengan peningkatan kesejahteraannya. Kemampuan dosen terdiri dari kemampuan dalam ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dan tehnik dalam memberikan pengajaran. Hal ini berarti peningkatan kemampuan dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani perlu dilakukan dari dua aspek yaitu peningkatan ilmu pengetahuan di “bidang atau kompetensinya”, dan “kemampuan atau ketrampilan dalam mengajar”.
Disamping itu juga dapat dilihat dari klasifikasi pendidikan (S2/S3) dan jenjang jabatan akademiknya. pengelolaan mutu Dosen dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan ke strata yang lebih tinggi di Universitas Universitas Negeri maupun swasta Sekolah Tinggi Teologi terbaik di dalam maupun di luar negeri secara bertahap dan berencana. Disamping itu juga dapat dilakukan melalui meningkatkan kegiatan-kegiatan seminar (lokal atau kampuas, regional dan nasional), serta penataran-penataran dan lokakarya, baik di Jurusan masing-masing dan tingkat STAKPN sendiri, maupun di perguruan tinggi Teologi lain yang ada di tanah Papua. Serta meningkatkan kegiatan kerjasama antara beberapa denominasi gereja yaitu GKI, BAPTIS, GIDI, PANTEKOSTA, sesuai MOU dengan pimpinan gereja sebagai penambah wawasan dan cara berpikir serta ketrampilan bagi gereja binaan dan dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani.

3. Sarana dan Prasarana STAKPN Burere Sentani
Untuk menghasilkan kualitas tenaga lulusan perguruan tinggi maka harus bekerja sama dengan pihak dunia usaha sebagai penyerap dan pemakai tenaga lulusan perguruan tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan unsur mahasiswa, alumni dan perusahaan-perusahaan yang mewakili dunia usaha, untuk memberikan masukan yang berguna untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang diharapkan mampu berkiprah di era globalisasi. Maka perlu perhatikan terhadap kurikulum dengan menambahkan program-program baru seperti: penguasaan bahasa internasional, teknologi komputer, program magang dan etika.
Laboratorium sebagai ajang latih dan praktek mahasiswa perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup serta program pelatihannya harus disesuaikan dengan perkembangan dunia pendidikan dan industri. Sedangkan perpustakaan sebagai jantungnya perguruan tinggi perlu diperkaya dan dilengkapi dengan berbagai jurnal seperti: Ima Godei, Majalah Bukurung Burere, skripsi, tesis, disertasi dan literatrur yang terbaru.
Demikian pula gedung atau ruang perkuliahan serta perlengkapannya sebagai penunjang proses pendidikan sangat perlu mendapat perhatian dari segi kebersihan, keindahan serta kenyamanannya.
4.Penutup
Dari Uraian tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. STAKPN Burere Sentani perlu mendorong upaya peningkatan kualifikasi tenaga dosen dengan pendidikan lanjutan atau kursus dengan fasilitas yang memadai agar kualitas sumberdaya dapat ditingkatkan sehingga secara otomatis akan mendorong peningkatan mutu pendididkan di lingkungan STAKPN, Gereja maupun di masyarakat umum.
2. Tuntutan terhadap mutu pendidikan yang terus ditingkatkan sebagai upaya untuk menciptakan output yang berkualitas dan siap terjun ke lapangan pelayanan pengabdian gereja maupun pemerintah serta untuk memenuhi standar atau ketentuan akreditasi.
3. Output yang dihasilkan harus berdasarkan suatu proses yang matang dan didukung oleh input yang baik pula.
4. Faktor eskternal dan internal yang mendukung proses penyelenggaraan dan sumber daya perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan harus mendapat perhatian.
Design by Mutiara Hitam, Daniel Wenda, S.PAK, M.Pd.
Copyright © 2010